Status Facebook Puitis
Status Facebook Puitis
|
sibakkan saja kelabu itu. Tak usah kau puja, cukup kau temui aku, bahwa rindu ini butuh temu, tempat gumam hati yang beku
|
Aku mencintaimu? Sebab ada Tuhan dalam dirimu. Rindu padamu karena Tuhan bersamamu. Karena aku cinta yang rindu pada Tuhannya
|
Di setiap kerinduanku memiliki tema, bahkan dalam tiap jeda rindu yang tiada. Sebab; kamu adalah alasan di balik segalanya
|
Aku
tak pandai merangkai kata, hanya mengasah otak yang menua, agar tak
buntu menemui dunia. Sebab; di jalan setapak saja punya banyak rindu yg
bercerita
|
Aksara
apalagi yang bisa kurangkai, semua rasa di hati tlah tersulami. Seiring
waktu bergulir, di sini tak enggan sapamu selalu kunanti
|
Kenanganmu? Kini menjadi kenangan tak ternilai, meski hanya khayalan terpetik, biarlah cinta kudekap disetiap detik
|
perihal rasa, siapalah yang tahu, yang kukenal hanyalah rindu sepanjang waktu kepadamu
|
aah.. makin penasran dgn rindu yg kau uja dibelantara katamu… Hanya memujamu membuat semakin berarak rindu diatas anganku..
|
Raut bayanganmu nan manja menerpa ditiap sudut yang sepi Kulirihkan namamu dilangit biru kenang suaraku yang berharap rindu
|
Cinta kita ialah jarak, tempat rindu membentang. Karena cemburu pilihan setia, maka dewasakan sikap
|
Hatiku
berdegup sendu, rindu terlontar di sudut yang suram, hujanpun datang
menghujam, gigil; seakan tiada tempat untuk bergumam
|
Ku hirup semilir pagi, mendesir merasuk nadi, sejukmu hawa pagi, menjadi desah semangat diri
|
tak
usah kau tangisi puan? Sebab gerimis ialah penenang kesepian, sujudkan
saja keningmu pd senja, menantikan maghrib tuk berdoa
|
Kau monas di indonesiaku. Bersamamu, enggan tintaku menetes sebagai puisi abu-abu
|
kenangmu pelindap ingatan, tiada tempat bagiku berbagi fikiran, cukup kau seorang yg ku idamkan, bidadariku sepanjang zaman
|
Di
sini, ku terus bertahan akan rasa, meski kau hadir dalam era dunia
berbeda, di manapun kau berada, cinta; kutuntun kepadamu saja
|
Di
malam yang hujan, kenangan serupa air yang mengubang, menggenangi
ingatan, percikkannya sampai ke mata, hingga meneteskan di pipi
|
sejak rentang di batasi jarak, sejak jarak tak bisa menyatu. Itulah rindu, serupa hantu membayangi, menari” di pelupuk mata
|
Cukuplah luka, jangan menangis untukku, biarkan saja perih menyedihkannya, akan kucarikan jalan untuk memaafkanmu
|
Hujan yang
gemercik itulah sedu tangisku, saat sepi menyelimuti nadi, saat sunyi
menjadi diri, hingga terpuruk hati dalam lamunan hari
|
Di ujung malam, terdengar di luar kamar ada yang berdendang, ialah hujan yang menjemput kenang, bekukan ingatan ke masa silam
|
Kurasakan adamu menjelma, di senja yang hampir menua. Biar raga kian renta, kasihku takkan pudar untukmu selamanya
|
Sejati tak harus di sisi. Kepergian pun tak harus di tangisi. Sebab; doa dari yang terkasih, ialah kawan diri kemana pergi
0 komentar:
Posting Komentar